ARTIKEL
EVALUASI PROGRAM COMMUNITY BASED LEARNING
 YANG BERDAMPAK PADA PERILAKU
 KERJASAMA

DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. RUSTAN S., M.Hum

DISUSUN OLEH:
NURHAITI   (18 0202 0055)
Kelas BIG A4



PRODI BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2020







ABSTRAK
Pendidikan berbasis masyarakat ( community based learning ) merupakan sistem yang mana segala hal yang terkait di dalamnya lebih banyak melibatkan peran masyarakat dari pada campur tangan pemerintah (negara). Adapun tujuan pendidikan berbasis masyarakat biasanya mengarah pada isu-isu masyarakat seperti pelatihan karir, perhatian terhadap lingkungan, pendidikan dasar, pendidikan keagamaan, penanganan masalah kesehatan, dan sebagainya. Program Community Based Learning (CBL) merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di SMP 1 untuk memfasilitasi siswa dalam mengaplikasikan model pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) di masyarakat. Kerjasama merupakan salah satu aspek karakter yang diaplikasikan dalam CBL. Perilaku kerjasama tersebut belum muncul secara konsisten pada seluruh siswa yang telah melaksanakan CBL. Oleh sebab itu dilakukan penelitian evaluasi terhadap program CBL ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi dampak program CBL pada perilaku kerjasama siswa. Model evaluasi yang dilakukan adalah reciprocal determinism (teori secara kognitif) terhadap pelaksanaan CBL. Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data observasi dan dan wawancara. Teknik observasi dilakukan menggunakan daftar check list uyang meliputi faktor kognitif, behavior dan environment pada setting kerja kelompok di kelas, focus group discussion (FGD),  dan simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBL memberikan dampak terhadap peningkatan perilaku kerjasama para siswa.

Kata kunci: evaluasi program, community based learning, karakter, kerjasama, sekolah tinggakat menengah pertama.












A.    INTRODUCTION
            Pendidikan berbasis masyarakat ( community based learning ) merupakan sistem yang mana segala hal yang terkait di dalamnya lebih banyak melibatkan peran masyarakat dari pada campur tangan pemerintah (negara). Masyarakat memiliki wewenang dan tanggung jawab yang besar dalam penyelenggaraannya. Praktek pendidikan yang berbasis masyarakat sudah lama ada sejak kemerdekaan Indonesia bahkan sebelum Indonesia merdeka, meskipun secara konseptual model pendidikan berbasis masyarakat belum diformulasikan secara baku pada saat itu.
            Community based learning merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan remaja serta orang dewasa mempelajari apa yang mereka ingin pelajari dari setiap segmen masyarakat (Owens & Wangs 1996). Program CBL memiliki manfaat dalalm beberapa aspek, yaitu aspek karakter, aspek pembelajar sejati, aspek kreatif dan terbuka. Adapun contoh perilaku konkrit manfaat dalam aspek karakter adalah kesabaran, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan empati.
            Community based learning juga merupakan upaya mengajak masyarakat untuk lebih proaktif dalam menerjemah serta mengurai berbagai kondisi yang ada dalam lingkungannya. Dengan kata lain setelah mengalami pembelajaran masyarakat harus memiliki good will untuk menadirkan ketinggalan menjadi sebuah kemajuan masyarakat di berbagai lini kehidupan.
            Adapun tujuan pendidikan berbasis masyarakat biasanya mengarah pada isu-isu masyarakat seperti pelatihan karir, perhatian terhadap lingkungan, pendidikan dasar, pendidikan keagamaan, penanganan masalah kesehatan, dan sebagainya. Tujuan pendidikan berbasis masyarakat hakikatnya adalah pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih baik demi terwujudnya masyarakat yang unggul dalam segala bidang.
            Dalam pendidikan berbasis masyarakat yang menjadi tuan atau pemilik yaitu masyarakat itu sendiri. Pihak lain dalam hal ini pemerintah hanya sebagai mitra atau rekan yang memfasilitasi, mendanai, atau mendampingi segala kegiatan yang ada kaitannya dengan pendidikan berbasis masyarakat, tanpa ada unsur memaksakan kepentingan. Pendidikan berbasis masyarakat merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang dalam masyarakat untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajara seumur hidup. Pendidikan berbasis masyarakat merupakan wujud dari demokrasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. Masyarakat memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan meberdayakan dirinya sendiri melalui pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
            Hal-hal yang terkait dengan pendidikan berbasis masyarakat dalam konteks pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Proses belajar terjadi secara spontan dan alamiah
2.      Belajar dengan melakukan (learning by doing) dan belajar berbasis pengalaman (experience based learning)
3.      Melibatkan aktivitas mental dan fisik
4.      Belajar berbasis kompetensi (competence – based learning)
5.      Pemecahan masalah ( problem solving )
6.      Berlangsung dalam interkasi aktif dalam lingkungan
7.      Aktualisasi diri
8.      Menyenangkan dan mencerdaskan
9.      Prduktif
      Pembelajaran berbasis masyarakat dapat memberikan dampak yang positif terhadap beberapa perkembangan karakter antara lain kerja sama. Kerja sama adalah sekelompok orang dengan keterampilan yang saling bertanggung jawab dalam mencapai tujuan yang sama dan saling bertanggung jawab dalam mencapai tujuan tersebut. Karakter kerja sama sangatlah penting untuk ditingkatkan dalam diri siswa SMP yang berusia remaja, dan salah satu contoh kegunaannya adalah ketika para remaja tersebut memasuki dunia kerja saat mereka dewasa. Kerja sama dalam dunia perusahaan sering kali diimplementasikan karena menghasilkan manfaat penting, seperti adanya peningkatan dalam semangat kerja, spesialisasi tugas-tugas kerja, dan transfer pengetahuan dalam dunia kerja.
B.     MERODE
            Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 9 SMP dan telah mengikuti program CBL pada tahun 2019. Empat dari 20 partisipan diperoleh secara purposive berdasarkan skor tinggi kosioner perilaku kerja sama. Isi kosioner terdiri dari 15 pertanyaan yang mewakili dimensi-dimensi dalam kriteria komponen karakteristik tim/kelompok yang sukses, sehingga total skor maksimal adalah 15. Peneliti membagi kategori perilaku kerjasama dari skor yang diperoleh menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Kategori “baik” jika skor yang diperoleh antara 11-15.
b.      Kategori “sedang” jika skor yang diperoleh antara 6-10
c.       Kategori “rendah” jika skor yang diperoleh antaram1-5
            Penelitian dilakukan di SMP 1 Ulusalu. Kegiatan pengisian kosioner oleh 20 calon partisipan yang dilaksanakan dalam waktu yang disesuaikan dengan kondisi di kelas. Kegiaan observasi terhadap 4 partisipan dilaksanakan dalam kelas dalam seting belajar seperti biasa, serta di luar  kelas dalam seting FGD dan simulasi. Kegiatan wawancara terhadap 4 partisipan dilaksanakan di luar jam pelajaran inti. Sedangkan kegiatan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara peneliti sebagai pewawancara dan narasumber.
            Perlengkapan/instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu informed-consent, kosioner siswa tentang perilaku kerjasama, daftar check list observasi guru tentang perilaku kerjasama siswa, panduan wawancara untuk kepala sekolah dan guru, panduan wawancara untuk siswa, buku catatan, alat tulis, alat rekam, komputer, dan printer. Panduan wawancara digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan peneliti dalam mengajukan pertanyaan agar tetap sesuai dengan konteks dan topik penelitian.contoh petanyaan dalam panduan wawancaa siswa adalah:
1.      Jelaskan keterlibatan kamu dalam proram CBL ini, dari partisipan, pelaksanaan, sampai dengan setelah pelaksanaan.
2.      Siapa saja yang melaksanakan program CBL ini?
3.      Menurutmu, apa saja manfaat  yang kamu peroleh setelah emngikuti program CBL ini?
            Sedangkan contoh pertanyaan dalam panduan wawancara kepala sekolah dan guru adalah:
1.      Menurut Bapak/Ibu, apakah program CBL yang selama ini dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuan program itu sendiri?
2.      Bagaimana dampak yang muncul setelah siswa mengikuti CBL?
3.      Menurut Bapak/Ibu, bagaimana perilaku kerjasama yang muncul dalam diri siswa itu sendiri saat ini, setelah mengikuti program CBL?
      Adapun pelaksanaan penelitian meliputi proses perizinan kepada SMP 1, pemberian kuesioner karakter kerjasama kepada 20 siswa kelas 9 dengan skor perilaku kerjasama tertinggi sebagai partisipan penelitian. Lalu peneliti bekerjasama dengan salah satu guru SMP 1 untuk melakukan observasi mengenai perilaku kerjasama yang muncul pada 4 partisipan. Selanjutnya adalah melakukan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan proses wawancara mengenai pengalaman kegiatan CBL dan mengenai perilaku kerjasama dalam diri partisipan. peneliti juga harus menlakukan proses wawancara dengan kepala sekolah dan juga guru di sekolah tersebut untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program CBL. Setelah proses wawancara degan semua partisipan selesai peneliti akan melakukan analisis dan interpretasi data yang telah diperoleh.
C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
            Pelaksanaan penelitian terhadap pertisipan dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 Oktober 2019. Pada tahap ini, sebanyak 20 siswa kelas 9 SMP 1 tahun ajaran 2018-2019 dimintaki untuk mengisi kuesioner tentang perilaku kerjasama yang muncul dalam diri mereka saat ini dan setelah mereka mengikuti program CBL. Berdasarkan perolehan skor, dari 20 siswa diperoleh empat siswa dengan skor perilaku kerjasama tertinggi, dan keempatnya memiliki karakter kerjasama kategori “baik” dikarenakan memiliki total skor antara 11-15. Oleh karena itu, keempat partisipan memilliki potensi untuk bekerjasama dengan baik.
            Observasi terhadap keempat partisipan dilaksanakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1.      Observasi di dalam kelas saat partisipan sedang mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dalam bentuk kerja kelompok
2.      FGD hanya bisa diikuti oleh partisipan saja
3.      Simulasi kerjasama yang hanya diikuti oleh partisipan
      Observasi di kelas (observasi ke-1 dan ke-4) dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui perilaku kerjasama yang muncul dalam diri partisipan selama kegiatan kelompok berlangsung. Ada pun obervasi ke-2 dan ke-5 serta simulasi observasi ke-3 bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai karakter kerja sama dan mengenai perilaku kerjasama yang muncul pada partisipan.
      Dari lima obsevasi yang telah dilakukan, keempat partisipan telah menunjukkan keterlibatannya dalam kelompok. Walaupun dapat diamati bahawa siswa perempuan lebih cenderung menunjukkan kerjasama yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki, namun keempatnya telah sama-sama berkontribusi dalam menyelesaikan setiap tugas dan kelompok yang diberikan. Keempat partisipan juga menunjukkan perilaku saling menghargai dan saling memahami, serta menjalin komunikasi yang baik satu sama lain. Dengan kata lain, keempat partisipan tersebut telah berusaha menjadi bagian dari tim yang sukses.
      Dari hasil wawancara siswa pada komponen person, seluruh partisipan sudah mengetahui dan memahami makna dari kerjasama. Lalu berdasarkan hasil wawancara siswa pada komponen behavior,  seluruh partisipan sudah terlibat dalam kerjasama selama mengikuti program CBL. Selain itu seluruh pertisipan menilai bahwa hingga saat ini mereka sudah konsisten menjadi bagian dari tim yang sukses setelah mengikuti program CBL tahun lalu.
      Adapun hasil wawancara dengan kepala sekolah dengan guru bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program CBL dan kaitannya dengan perilaku kerjasama pada siswa. Wawancara ini juga bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan CBL menggunakan komponen hubungan timbal balik antara faktor environment, person, dan behavior. Hasil wawancara guru dan kepala juga menunjukkan bahwa, secara umum program CBL d  SMP 1 sudah memenuhi seluruh prinsip yang harus ada dalam program CBL dan memenuhi pedoman.
      Hasil dari wawancara guru dan kepala sekolah ditinjau dari komponen evaluasi program (faktor person, behavior, dan environment) menunjukkan hasil sebagai berikut. Program CBL yang dilaksanakan di SMP 1 telah memberikan dampak yang positif bagi siswa sebagai pelaksanaan maupun bagi lingkungan sekitarnya. Siswa juga banyak memperoleh pengetahuan yang bermanfaat setelah berbaur dengan masyarakat. Selain itu juga, para siswa memperoleh peningkatan pemahaman dalam keterampilan dan nilai-nilai kehidupan yang semuanya berasal dari hasil interaksi masyarakat. Adapun menurut penilaian guru dan kepala sekolah, para siswa juga menunjukkan peningkatan dalam hal karakter termasuk karakter kerjasama. Masyarakat juga memperoleh manfaat yang positif dengan kehadiran siwa-siswa SMP 1 dilingkungannya. Program CBL ini juga sangat bermanfaat bagi para siswa SMP 1 dalam rangka mengaplikasikan pendidikan karakter maupun peningkatan pengetahuan siswa.
D.    Kesimpulan dan Saran
a.      Kesimpulan
      Pendidikan berbasis masyarakat ( community based learning ) merupakan sistem yang mana segala hal yang terkait di dalamnya lebih banyak melibatkan peran masyarakat dari pada campur tangan pemerintah (negara). Community based learning merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan remaja serta orang dewasa mempelajari apa yang mereka ingin pelajari dari setiap segmen masyarakat (Owens & Wangs 1996). Program CBL memiliki manfaat dalalm beberapa aspek, yaitu aspek karakter, aspek pembelajar sejati, aspek kreatif dan terbuka.
      Dalam pendidikan berbasis masyarakat yang menjadi tuan atau pemilik yaitu masyarakat itu sendiri. Pihak lain dalam hal ini pemerintah hanya sebagai mitra atau rekan yang memfasilitasi, mendanai, atau mendampingi segala kegiatan yang ada kaitannya dengan pendidikan berbasis masyarakat, tanpa ada unsur memaksakan kepentingan.
      Tujuan pendidikan berbasis masyarakat hakikatnya adalah pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih baik demi terwujudnya masyarakat yang unggul dalam segala bidang.
      Observasi terhadap keempat partisipan dilaksanakan dalam tiga bentuk, yaitu: Observasi di dalam kelas saat partisipan sedang mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dalam bentuk kerja kelompok. FGD hanya bisa diikuti oleh partisipan saja. Simulasi kerjasama yang hanya diikuti oleh partisipan. Dari hasil wawancara siswa pada komponen person, seluruh partisipan sudah mengetahui dan memahami makna dari kerjasama. Lalu berdasarkan hasil wawancara siswa pada komponen behavior,  seluruh partisipan sudah terlibat dalam kerjasama selama mengikuti program CBL. Selain itu seluruh pertisipan menilai bahwa hingga saat ini mereka sudah konsisten menjadi bagian dari tim yang sukses setelah mengikuti program CBL tahun lalu.
      Program CBL yang dilaksanakan di SMP 1 telah memberikan dampak yang positif bagi siswa sebagai pelaksanaan maupun bagi lingkungan sekitarnya. Siswa juga banyak memperoleh pengetahuan yang bermanfaat setelah berbaur dengan masyarakat. Selain itu juga, para siswa memperoleh peningkatan pemahaman dalam keterampilan dan nilai-nilai kehidupan yang semuanya berasal dari hasil interaksi masyarakat.
      Program CBL ini juga sangat bermanfaat bagi para siswa SMP 1 dalam rangka mengaplikasikan pendidikan karakter maupun peningkatan pengetahuan siswa.
b.      Saran
      Apabila ada kesalahan dalam penyusunan artikel ini saya mohon maaf karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan apabila terdapat kesalahan saya mohon masukan dan kritikan.




REFERENSI
1.      Evaluasi Program Community Based Learning Yang Berdampak Pada Perilaku Kerjasama SMP X Depok.
2.      Kajian Teori Pendidikan Berbasis Masyarakat
3.      Zubaedi.Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial.
4.      Community Based Learning, Sebuah Upaya Membangun Masyarakat Pedesan.




Comments